Hari terakhir di bulan kesembilan, tahun ini.
Alhamdulillah.
Mungkin itu satu-satunya kata yang sepantasnya kita ucap hari ini. Setelah semua yang kita lalui dan setelah semua yang kita gapai. Hari-hari penuh perjuangan itu kini (sesaat) telah usai teman-teman.
Ah, terlalu naif dan bodoh sepertinya jika kami tak berterimakasih kepada kalian...
Terimakasih teman-teman atas semua kelelahan yang kalian rasakan, untuk semua perjuangan yang kalian kerahkan, dan setelah semua usaha yang kalian berikan. Kami tak pernah menyangka kalau ternyata kalian sehebat itu, sungguh, tak mungkin begini akhirnya jika bukan karena kalian. Pun tak lupa, tolong maafkan kami. Maafkan jika setelah beberapa bulan yang kita lalui terlalu banyak hati yang tersakiti. Entah karena ucapan caci maki maupun janji yang tak bisa ditepati. Sekali lagi tolong maafkan kami.
Sepertinya akan lebih banyak kata 'maaf' dan 'terimakasih' jika tulisan ini tetap dilanjutkan.
17 September 2015, sepekan tersisa..
Beberapa detik yang lalu, saat karakter pertama di tulisan ini dimasukkan, bumi telah berputar dan memaksa kita menerima sebuah kenyataan. Kenyataan bahwa sekarang, jika kalian melihat kalender, kalian tak boleh lagi melihat ke angka 16.
Tujuh belas. Apa sih istimewanya angka ini? Sepertinya tak ada, dan meski sebagian orang di permukaan bumi menganggap ulang tahun ke-17 adalah hal spesial, itu tak berpengaruh bagi kami. Kabar baiknya adalah bahwa jika sekarang tanggal 17, maka itu berarti :
1. Bakti Sosial 'hanya' berjarak sepekan lagi,
2. Hari Raya 'Idul Adha tinggal 6 hari lagi,
3. dan untuk Lomba takbiran, ah, bisa kita hitung dengan satu tangan.
Namun, anehnya, kami justru tak bisa duduk tenang.
Melihat 'kesibukan pokok' yang menempel di tubuh kita, rasa-rasanya sulit bagi kita untuk konsisten dalam menampakkan batang hidung kita. Tak apa, karena kami paham betul. Toh, kamipun pernah merasakan fase yang sekarang sedang kalian jalani.
Tapi, maaf, maaf teman-teman, kami hanya ingin bertanya 'Apakah kami harus mencari?'. Mencari dimana kalian selama ini, mencari dimana kalian 'tersembunyi' karena kami yakin kalian tak pernah sengaja untuk sembunyi.
Beberapa detik yang lalu, saat karakter pertama di tulisan ini dimasukkan, bumi telah berputar dan memaksa kita menerima sebuah kenyataan. Kenyataan bahwa sekarang, jika kalian melihat kalender, kalian tak boleh lagi melihat ke angka 16.
Tujuh belas. Apa sih istimewanya angka ini? Sepertinya tak ada, dan meski sebagian orang di permukaan bumi menganggap ulang tahun ke-17 adalah hal spesial, itu tak berpengaruh bagi kami. Kabar baiknya adalah bahwa jika sekarang tanggal 17, maka itu berarti :
1. Bakti Sosial 'hanya' berjarak sepekan lagi,
2. Hari Raya 'Idul Adha tinggal 6 hari lagi,
3. dan untuk Lomba takbiran, ah, bisa kita hitung dengan satu tangan.
Namun, anehnya, kami justru tak bisa duduk tenang.
Melihat 'kesibukan pokok' yang menempel di tubuh kita, rasa-rasanya sulit bagi kita untuk konsisten dalam menampakkan batang hidung kita. Tak apa, karena kami paham betul. Toh, kamipun pernah merasakan fase yang sekarang sedang kalian jalani.
Tapi, maaf, maaf teman-teman, kami hanya ingin bertanya 'Apakah kami harus mencari?'. Mencari dimana kalian selama ini, mencari dimana kalian 'tersembunyi' karena kami yakin kalian tak pernah sengaja untuk sembunyi.
Ahad pertama di Bulan September tahun ini
Sepertinya tak ada lagi yang bisa diucap kecuali doa dan tak ada lagi yang bisa dilakukan kecuali berusaha. Serta mungkin, kita tak akan pernah berhenti berpikir walau sudah sampai detik akhir.
Tiga. Tiga dalam tiga
Takbiran, Hari Raya 'Idul Adha, dan Bakti Sosial. 22, 23, 24.
.......
.....
...
.
Ah, apalagi yang bisa diketik kalau kalian saja tak mau berbicara, meski hanya berbisik
Ah, apa iya kami benar-benar bisa berpikir? Kalau raga kalian saja tak pernah hadir.
--------------------
Sepertinya tak ada lagi yang bisa diucap kecuali doa dan tak ada lagi yang bisa dilakukan kecuali berusaha. Serta mungkin, kita tak akan pernah berhenti berpikir walau sudah sampai detik akhir.
Tiga. Tiga dalam tiga
Takbiran, Hari Raya 'Idul Adha, dan Bakti Sosial. 22, 23, 24.
.......
.....
...
.
Ah, apalagi yang bisa diketik kalau kalian saja tak mau berbicara, meski hanya berbisik
Ah, apa iya kami benar-benar bisa berpikir? Kalau raga kalian saja tak pernah hadir.
--------------------
Langganan:
Postingan (Atom)